M.
Shoim Anwar merupakan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya yang telah melahirkan beberapa karya sastra, antara
lain puisi dan cerpen. Berikut cuplikan salah satu puisinya yang berjudul Di Bandara Internasional Abu Dhabi.
DI BANDARA INTERNASIONAL ABU DHABI
di bandara
internasional abu dhabi
di bawah atap replika
daun-daun kurma
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
sambil mengunyah coklat yang manis dirasa
menuding perhiasan emas permata
dibayar dengan komisi dari pihak ketiga
sebagai pelicin membuka usaha
di bandara internasional abu dhabi
kau kenakan surban putih bersih
kacamata gelap pelindung matahari
lalu ganti stelan jas hitam berdasi
atau jins belel berlubang-lubang kayak ditembak kompeni
di bandara internasional abu
dhabi
saat buka seluler kau tersenyum sendiri:
temanmu pura-pura sakit jantung dan merintih
saat mau diperiksa
komisi antikorupsi
lari ke rumah sakit bertarif mahal sekali
minta diselimuti kain
putih empuk begini
diinfus agar kayak orang mau mati
membayar pengacara
bicara tak henti-henti
dan minta cepat pulang
saat dibebaskan nanti
di bandara
internasional abu dhabi
sambil buka video kau
manggut-anggut dengan pasti
seperti sapi menyeret gerobak pedati
teman-temanmu ngotot seperti tak punya hati
ingin membubarkan
komisi antikorupsi
cari seribu alasan
untuk menembak mati
menganggap rakyat tak
ngerti kalau dibodohi
sejatinya mereka takut
diborgol masuk bui
di uni emirat ini kau datang tanpa penghalang
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
mengolor waktu tak hendak pulang lagi
dengan pasti menanti putusan bebas murni
kerna pengadilan begitu murah untuk dibeli
Abu Dhabi-Surabaya, 2017
Puisi
tersebut membahas mengenai kenyataan korupsi di sebuah negara, kutipan tersebut
dapat dilihat pada bait ketiga sampai bait kelima. Bait ketiga baris keempat
terdapat kata-kata yang menyebutkan korupsi, begitu pula bait keempat baris
kelima dan bait kelima baris ketiga, berikut kutipannya:
saat mau diperiksa
komisi antikorupsi (bait
ketiga baris keempat)
ingin membubarkan
komisi antikorupsi (bait
keempat baris kelima)
sambil belanja mencuci uang korupsi (bait kelima baris ketiga)
Pengarang
seolah-olah mewakili suara rakyat yang tidak sampai didengar oleh pemerintah.
Sehingga melalui karya puisi ini, pengarang menyindir perilaku koruptor yang
selalu mencari berbagai alasan agar kasusnya tidak ditangani oleh badan
antikorupsi. Berikut kutipannya:
di bandara internasional abu
dhabi
saat buka seluler kau tersenyum sendiri:
temanmu pura-pura sakit jantung dan merintih
saat mau diperiksa
komisi antikorupsi
lari ke rumah sakit bertarif mahal sekali
minta diselimuti kain
putih empuk begini
diinfus agar kayak orang mau mati
membayar pengacara
bicara tak henti-henti
dan minta cepat pulang saat
dibebaskan nanti
Kutipan
puisi tersebut secara jelas menggambarkan koruptor mengelabui semua orang demi
menyelamatkan dirinya sendiri. Dengan cara seperti itu, koruptor berharap
kasusnya tidak cepat ditangani agar orang-orang segera lupa akan apa yang telah
dilakukan oleh si koruptor. Seperti bait kelima, koruptor sampai melarikan ke
negara lain untuk menghindari pemeriksaan dengan berbagai alasan yang
memungkinkan ia tidak dituntut segera pulang. Berikut petikannya:
di uni emirat ini kau datang tanpa penghalang
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
mengolor waktu tak hendak pulang lagi
dengan pasti menanti putusan bebas murni
kerna pengadilan begitu murah untuk dibeli
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
mengolor waktu tak hendak pulang lagi
dengan pasti menanti putusan bebas murni
kerna pengadilan begitu murah untuk dibeli
Pada
bait pertama baris pertama sampai keempat dalam puisi Di Bandara Internasional Abu Dhabi, menceritakan penampilan
koruptor saat berada di negara lain. Pengarang menggambarkan pakaian yang
dikenakan koruptor adalah penyamaran si koruptor itu sendiri. Memakai pakaian
seperti pakaian orang Arab, akan membuat dirinya terlindungi dari badan
antikorupsi yang memungkinkan mengejarnya sampai di negara lain. Berikut
cuplikannya:
di bandara
internasional abu dhabi
di bawah atap replika daun-daun kurma
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
Demikianlah
ulasan puisi Di Bandara Internasioanal
Abu Dhabi karya M. Shoim Anwar, kelebihan dari puisi ini lebih menggunakan
kata yang mudah dipahami sehingga pembaca bisa menebak tema yang diangkat dan
membicarakan mengenai objek tertentu tanpa harus membacanya berulang kali.
Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan permainan bunyi tetap ada. Tema dalam
puisi ini yaitu politik, pengarang membidik perilaku koruptor yang realitanya
sering terjadi. Hal yang sangat menarik dari puisi ini yaitu sindiran yang
dilakukan oleh pengarang sebagai wakil dari ungkapan masyarakat luas atas
perilaku koruptor di negeri ini. Namun, di samping ada kelebihan, beberapa
kekurangan dari puisi ini yaitu terletak pada alur yang dimainkan. Seperti bait
pertama sampai bait ketiga mempunyai alur yang susah ditebak, hal ini kurang
serasi dengan penggunaan bahasa yang diciptakan apa adanya.
No comments:
Post a Comment