Wednesday, 28 March 2018

7 Makna Karya M. Shoim Anwar


Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu karya sastra seperti puisi. Menurut Hartoko & Rahmanto (dalam Nurgiyantoro (2002) tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Oleh karena itu, sebuah karya sastra pastilah mempunyai tema yang menjadi dasar gambaran dalam membuat puisi. Tema dalam penulisan karya sastra biasanya tidak dituliskan secara eksplisit, melainkan pembaca harus memahami keselurahan isi karya tersebut, sehingga menemukan gagasan pokok atau tema yang diangkat. Berikut ini terdapat beberapa puisi yang mengangkat beberapa macam tema.
ANTARA BABAD DAN BAURENO
antara babad dan baureno
kucari jejakmu di celah pasir yang mengalir
wewangian telah berkabar bersama malaikat subuh
tapi hasratku terkunci di dahan kasturi
langkahmu kueja seperti alaifbata
meski lidahku kelu memeram rindu.....

KEDUNG ADEM
saat kedung adem mengeringkan rumpun bambumu
telaga telah mengaga dahaga
kukayuh pedal mencari sisa hujan
di celah senyum yang tak jua rekah
bekisarmu tak lagi berkokok
sangkar di teras telah lama menunggu
dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk
telaga-telaga meluapkan asmaranya
rumpun merimbun bersama rebung
bekisar di teras rumahmu melagu merdu
tapi aku takut mengayuh pedal kembali
luapan itu bisa melelapkanku di dasar kali
adakah kau masih menyimpan janji ....

KETIKA AKU

ketika aku pura-pura mencium pipinya
kau mengiri mengapa hanya dia
kuperam segala makna
adakah kau memang mendamba
pada kantukku kau imajikan  secangkir kopi hangat
mungkin hanya gula di bibir mungilmu
kutagihkan pada detak langkah
puisimu kehilangan imaji
kuteguk kopimu menghangat di rasa
tak ada sisa
kuingin lagi pura-pura mencium pipinya
sebab kuingin kau berkata:
itu hanya untukku saja

Pada puisi pertama bisa dikatakan bertemakan cinta jika dilihat pada baris terakhir / meski lidahku kelu memeram rindu...../ yang bermakna si aku sedang memendam rindu kepada kekasihnya. Kemudian puisi kedua yang berjudul ‘Kedung Adem’ bisa dikatakan tema percintaan terdapat pada baris ke lima sampai baris ke delapan, berikut kutipannya:
bekisarmu tak lagi berkokok
sangkar di teras telah lama menunggu
dan ketika hujan datang seperti cinta yang kemaruk
telaga-telaga meluapkan asmaranya
Penyair menggambarkan si aku sedang menunggu kekasihnya yang sudah lama tidak jumpa, jika ia bertemu dengan kekasihnya akan menumpahkan kerinduan selama ini yang dipendam. Sedangkan puisi terakhir yang berjudul ‘Ketika Aku’ disebut tema percintaan jika dilihat pada baris pertama dan kedua
ketika aku pura-pura mencium pipinya
kau mengiri mengapa hanya dia
Puisi tersebut bermakna si aku ingin menjalin kekasih dengan orang lain, tetapi kekasihnya tidak rela jika si aku berpindah ke lain hati. Namun, semua itu hanya untuk mempertegas apakah kekasih si aku benar-benar menyukainya apa tidak, dilihat pada baris ketiga dan keempat.
kuperam segala makna
adakah kau memang mendamba
Penggalan puisi tersebut menggambarkan bahwa si aku sedang menerka tingkah laku kekasihnya, si aku ingin memastikan bahwa kekasihnya memang mencintainya. Hal ini dipertegas lagi dengan kembali menggoda kekasihnya yang terdapat pada baris terakhir.
kuingin lagi pura-pura mencium pipinya
sebab kuingin kau berkata:
itu hanya untukku saja
Penggalan puisi tersebut benar-benar menggambarkan bahwa si aku ingin kekasihnya mengakui perasaannya secara langsung.
Ketiga puisi tersebut memiliki tema percintaan yang berbeda, seperti puisi pertama dan kedua yang bernada kegalauan, yang sedang merindukan atau mengharapkan kekasihnya kembali, namun puisi ketiga bernada bahagia atau sedang menggoda kekasihnya. Bisa juga puisi ketiga yang berjudul ‘Ketika Aku’ sedang mempertanyakan cinta kekasihnya pada si aku.
Ke Kawah Putih

kujilati punuk-punuk Soreang
sawah-sawah berpetak di kaki  gunung
rumah-rumah di jauh sana
seperti masa depan yang tenang  dan sunyi
petani dan kerbau masih mencumbu nasib
melawan gedung-gedung yang tak kuasa ditampik

ke terminal Cipede kuangankan
bersama para pindang dalam angkot yang pengap
Kawah Putih yang jauh
Sejauh langkah penyair yang terus menggarap sajak-sajaknya
telah kau sisihkan sekolah pertanianmu
sebab tanah moyangmu terus mengerut
jadi semburat tumpukan semen dan batu bata
seperti nasib kita
Kawah Putih beralih ke investor yang menggelontor
Lalu apa kerja orang-orang kantor?
 
                                                        Bandung, januari 2015

              MENANGISLAH

menangislah ketika lebat hujan meluruhkan langkah
air matamu menggenang di atas lutut
detak motor jantungmu tak kuasa
memikul nasib yang rumpang
buku harian membasah
lunturlah tinta pencatat mimpi nan panjang
eksotisme kota, kawah, dan gunung-gunung
menjadi mimpi yang tak pasti
kau tercenung mengutuki  kerapuhan
di rumah yang hampa
tak berani memamah ketika disodorkan menu baru
musim melindap tak pasti
Ia kadang ramah
tapi siap juga mencuri lembaranmu

               BERSAMA LING LING

telah kau urai nadi stasiun bersama ling ling
kereta  berderak merangkak
memisah kota tempat ketubanmu memecah
kau panggul  hidup yang tak terprediksi
sebab ada  kelembutan yang melukai 
pada laju kereta pertamamu
bersama ling ling  kau ingin menutup  kisah
kerna  terkabar  april adalah penasbihan luka        
maka biarlah senyummu terpajang  dalam  kereta 
mungkin malang mampu disihirnya   

kaki  menapak mengeja  jarak yang jenuh
lihatlah  merpati beterbangan di  alun-alun itu
seperti mengejek kepenatanmu
menyusur toko-toko  dan gerai makanan
sambil  memenggak  keinginan yang tak kenal usai
ling ling  masih juga tersenyum sepertimu
kareta hidupnya tak sanggup kau baca
sejarah telah menyembunyikan catatannya

telah  kau batalkan penggal perjalananmu setelah itu
tak ada yang tahu
juga ling ling

Surabaya, 28 Februarin 2015
Pada ketiga puisi tersebut memiliki tema mengenai kehidupan. Kehidupan di sini bisa dikatakan kehidupan yang kurang layak. Seperti puisi pertama yang berjudul ‘Ke Kawah Putih’, kehidupan di desa yang dulunya tenang dan damai, kini diusik oleh orang-orang yang membangun gedung.
telah kau sisihkan sekolah pertanianmu
sebab tanah moyangmu terus mengerut
jadi semburat tumpukan semen dan batu bata
seperti nasib kita
Penggalan puisi tersebut menggambarkan tanah tempat tinggal dibeli orang-orang yang ingin membangun gedung, sehingga penduduk yang dulunya bertani, kini tidak jelas bekerja apa. Sang penyair juga menggambarkan, atas kejadian seperti itu, nasibnya menjadi tidak jelas.
Masih bertema mengenai kehidupan, puisi kedua yang berjudul ‘Menangislah’ juga menggambarkan nasib seseorang.
menangislah ketika lebat hujan meluruhkan langkah
air matamu menggenang di atas lutut
detak motor jantungmu tak kuasa
memikul nasib yang rumpang
buku harian membasah
lunturlah tinta pencatat mimpi nan panjang
Puisi tersebut menggambarkan seseorang yang bekerja dan mengalami bencana jika dilihat pada penggalan / lebat hujan meluruhkan langkah/. Atas kejadian itu, penyair menggambarkan tokoh kehilangan mimpi-mimpinya. Kemudian puisi terakhir yang berjudul ‘Bersama Ling Ling’ juga bertema kehidupan yang ingin mengadu nasib.
telah kau urai nadi stasiun bersama ling ling
kereta  berderak merangkak
memisah kota tempat ketubanmu memecah
kau panggul  hidup yang tak terprediksi
Gambaran penggalan puisi tersebut si kau yang akan pergi dari tempat kelahirannya dengan membawa beban hidup. Pada penggalan puisi berikutnya digambarkan bahwa akan ada luka, di sini bisa bermakna kehilangan pekerjaan. Kata ‘bersama ling ling’ bisa bermakna mimpi atau cita-cita. Si kau yang mempunyai mimpi ingin mempunyai kehidupan yang lebih baik. Berikut penggalan puisinya.
bersama ling ling  kau ingin menutup  kisah
kerna  terkabar  april adalah penasbihan luka
JARAK

jarak kadang membuat kita jadi kanak-kanak
bersemangat membeber kisah-kisah baru
terlalu bangga
seakan tak ada yang mendahulu
tawa dan air mata diunggah
menadah simpati pada tiap jengkal terlalui
biarlah
kita memang meniti  ke masa lalu
menjadi kanak kembali saat usia merambah
minta disuapi  dan dininabobokkan
pada hangat dekapan
pada puting yang tersisa kita gali manja yang terpendam
ada situs waktu yang kita buru
maka pada jarak segala bermakna
juga kau
                                                     Bandung, januari 2015

Pada puisi berjudul ‘Jarak’ juga mengangkat mengenai kehidupan seseorang, namun puisi ini sudah tidak membicarakan nasib pekerjaan lagi, melainkan membicarakan mengenai usia. Gambaran dari puisi ini yaitu kehidupan seseorang yang sudah tua, tingkah lakunya kembali seperti anak kecil, seperti kutipan berikut.
kita memang meniti  ke masa lalu
menjadi kanak kembali saat usia merambah
Itulah tujuh puisi yang memiliki dua tema, yaitu mengenai percintaan dan kehidupan. Namun, tema-tema tersebut masih memiliki sub tema seperti merindukan kekasihnya, menggoda kekasihnya, usia, dan nasib pekerjaannya. Jadi, tema dalam puisi bisa dikhususkan lagi mengarah ke dasar ide yang akan digambarkan oleh penyair.

No comments:

Post a Comment

Goyah

Aku benar-benar kecewa atas diriku sendiri, aku ingin mencaci diriku yang tidak bisa membedakan mana tulus dan mana modus. Apalagi selama in...